Putrabhayangkara.com Polman Rabu, 12/7/2023. Pimpinan ponpes di Polman saat dihadirkan di Mapolres Polman terkait kasus pencabulan.
Seorang oknum pimpinan pondok pesantren (Ponpes) bernama Zulfikar Syam alias ZU (37) di polman SulBar mengaku mencabuli santri pria berusia 16 tahun karena penyakit yang dialami. Dia juga mengaku telah melakukan pengobatan hingga ke Arab Saudi namun penyakitnya tak kunjung sembuh hingga sampai sekarang.
Zulfikar sebagai pelaku mengungkapkan perbuatannya didepan media saat dihadirkan dalam konfrensi pers di Mapolres Polman pada hari Selasa kemarin tanggal 11/7/2023. Ia menegaskan perbuatan tak senonoh yang dilakukannya murni karena penyakit yang dideritanya selama ini.
“Yang terjadi pada saya bukan karena saya pernah mengalami juga di masa yang lalu. Tidak, ini adalah murni penyakit yang ada di diri saya,” kata Zulfikar.
Zulfikar tidak mengurai secara detail penyakit yang dimaksudkan. Walaupun dirinya terus berupaya berobat untuk menyembuhkan penyakit dia alami.
“Saya sudah berobat dari sana-sini, psikiater. Di Madinah saya kuliah sudah pernah berdoa di setiap tempat-tempat mustajab, di Ka’bah, di Multazam,” ungkapnya
Dia menyampaikan hingga kini penyakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh. Ia pun mengambil hikmah atas perbuatannya selama ini agar terus mendekatkan diri pada Allah SWT.
“Tapi sampai saat ini ketika Allah belum mengabulkan doa saya, saya yakin ada hikmah yang akan terjadi di balik yang terjadi,”kata Zulfikar.
Zulfikar pun menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat usai ditetapkan tersangka kasus pencabulan, Dia berharap kasus yang dialaminya tidak membuat masyarakat takut memasukkan anaknya ke pesantren.
“Saya Zulfikar Syam saat ini memohon maaf sedalam-dalamnya kepada pak Kemenag, Kapolres, kepada seluruh masyarakat Polewali Mandar, dan seluruh dunia,” katanya.
Zulfikar juga meminta maaf kepada keluarga dan orang tuanya, Dia menegaskan dirinya adalah manusia biasa yang juga memiliki kekurangan.
“Terkhusus kepada orang tua saya, keluarga dan para teman, saya minta maaf kalau saya tidak bisa menjadi keluarga yang baik. Saya juga manusia biasa yang punya kekurangan” kata Zul kepada media.
Oknum pimpinan pondok pesantren (Ponpes) bernama Zulfikar Syam alias ZU (37) di Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar) mengaku mencabuli santri pria berusia 16 tahun karena penyakit yang dideritanya. Dia juga mengaku telah melakukan pengobatan hingga ke Arab Saudi namun penyakitnya tak kunjung sembuh.
“Yang terjadi pada saya bukan karena saya pernah mengalami juga di masa yang lalu. Tidak, ini adalah murni penyakit yang ada di diri saya,” ujar Zulfikar kepada wartawan.
Zulfikar tidak mengurai secara detail penyakit yang dimaksudkan. Walaupun dirinya terus berupaya menyembuhkan penyakitnya dengan berobat hingga ke tempat psikiater.
“Saya sudah berobat dari sana-sini, psikiater. Di Madinah saya kuliah sudah pernah berdoa di setiap tempat-tempat mustajab, di Ka’bah, di Multazam,” ujarnya.
Dia menyampaikan hingga kini penyakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh. Ia pun mengambil hikmah atas perbuatannya selama ini agar terus mendekatkan diri pada Allah SWT.
“Tapi sampai saat ini ketika Allah belum mengabulkan doa saya, saya yakin ada hikmah yang akan terjadi di balik yang terjadi” tuturnya.
“Saya Zulfikar Syam saat ini memohon maaf sedalam-dalamnya kepada pak Kemenag, Kapolres, kepada seluruh masyarakat Polewali Mandar, dan seluruh dunia,” katanya.
Zulfikar juga meminta maaf kepada keluarga dan orangtuanya. Dia menegaskan dirinya adalah manusia biasa yang juga memiliki kekurangan.
“Terkhusus kepada orang tua saya, keluarga dan para teman, saya minta maaf kalau saya tidak bisa menjadi keluarga yang baik. Saya juga manusia biasa yang punya kekurangan,” katanya.
Pimpinan Ponpes Santri di Polman Janji Perbaiki Diri di Tahanan
Zulfikar berharap kasus ini tidak membuat masyarakat ragu memasukkan anaknya ke pesantren. Dia mengatakan tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak sekolah adalah pesantren.
“Yang terjadi ini jangan membuat kita berpikir, ‘Lalu ke mana kami akan membawa anak kami jika di pesantren pun tidak terjaga’. Karena sudah disampaikan tadi bahwa sampai saat ini pesantren adalah tempat terbaik untuk menitip anak untuk membina akhlak mereka,” tutupnya.
“Mukhlis”